Sekitar
tahun 1950an, seorang pemuda asal
Purwokerto Jawa Tengah, bernama Isan, mengadu
nasib ke kota Bandung untuk mencari pekerjaan. Ternyata mencari pekerjaan di
kota Bandung tidaklah mudah, sementara dia menyadari bahwa dirinya tidak
memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan apapun yang memadai. Ia sempat “kesana
kemari” selama tiga bulan tanpa ada yang mau menerimanya bekerja.
Seperti
orang jawa pada umumnya yang merantau di kota Bandung, Isan pun akhirnya
memutuskan untuk berjualan baso kukus keliling dari gang ke gang dengan cara dipikul.
Semua dilakukannya agar ia tidak menganggur dan mendapatkan penghasilan selama
ia di Bandung.
Hingga
suatu hari, dagangannya tidak habis, dan jelas baso tidak bisa dijual buat keesokan
harinya, karena pasti akan basi. Dibuang sayang, akhirnya saat itu Isan
berpikir praktis saja, baso tahu kukus yang tidak habis itu segera ia goreng,
hasil gorengannya kemudian ia bagi-bagikan secara cuma-cuma ke para tetangga
dekat sekitar kontrakannya di Gang Situ Saeur, jalan Kopo, Bandung.
Kejadian
tersebut bukan sekali dua kali, bahkan selama bertahun-tahun, setiap kali dagangan baso nya gak habis, ia
selalu menggorengnya dan membagikannya kepada para tetangga dekatnya. Hingga
menjadi semacam tradisi, sampai akhirnya tanpa disadari, para tetangganya
tersebut sudah mulai “kecanduan” baso goreng buatan isan.
Maka
ketika dagangan baso kukusnya laris, teman dan para tetangganya kerap menanyakan
baso tahu goreng yang biasanya ia bagi-bagikan itu. Di kemudian hari bahkan di
antara mereka bermaksud membeli . Melihat
antusiasme tersebut, Isan mulai mencoba menjajakan baso tahu yang telah
digoreng bersama baso tahu yang biasa ia jual. Di luar perkiraannya,
ternyata peminatnya banyak, bahkan berdagang bakso tahu yang dogoreng lebih
laku dari berjualan bakso saja.
Sejak
itu pula Isan atau pun para tetangga menyebut baso tahu goreng bikinan Isan itu
dengan sebutan “Batagor”, atau singkatan dari Baso Tahu Goreng. Akhirnya Isan lebih banyak mengembangkan
Bakso Tahu yang digoreng, dengan memberikan aroma dan rasa ikan lebih kuat dan
lebih banyak, dengan sambal khusus,
Pada
tahun 1968, Isan pun mulai merintis menjual baso tahu kukus yang digoreng pada
tahun 1968. Setelah beberapa lama, usahanya kian berkembang, pembeli dan
pelanggan semakin banyak. Hingga pada akhirnya Isan mulai merasa kerepotan
dalam hal proses pembuatannya yang dua tahap, yaitu membuat terlebih dahulu
baso tahu kukus, baru kemudian menggorengnya.
Tehnik Adonan Batagor |
Isan
pun melakukan percobaan dan kemudian mengubah cara, yaitu dengan mematangkan
tanpa dikukus terlebih dahulu, melainkan dari adonan mentahnya langsung
digoreng. Teknik inilah yang kemudian (sampai saat ini) menjadi acuan umum
pembuatan batagor dimanapun.
Sejak saat itu lah Isan mengalami peningkatan
pelanggan. Hingga di awal tahun 80-an ia menyewa sepetak lahan untuk
berjualan agar tidak perlu berkeliling kampung lagi. Tahun 1985, warung
di tempat kontrakannya dirasakan tak memadai lagi untuk bisa menampung
pelanggan, Isan kemudian pindah ke jalan Bojongloa No. 38 yaitu ke sebuah rumah
yang relatif lebih luas.
Usaha
batagor Isan kian berkembang, dari hasil dagangnya antara lain ia berkesempatan
dua kali ke tanah suci yaitu pada tahun 1991 dan 2003. Sepulang dari ibadah
haji, merk dagangnya yang semula Batagor Isan diubah menjadi Batagor
H. Isan, seperti yang kita kenal sekarang. H. Isan wafat pada
tahun 2010 dalam usia 79 tahun, usaha dagannya diserahkan kepada salah satu
keponakannya yaitu H. Suwarto karena H. Isan tidak memiliki anak kandung.
Bangunan Sederhana, Rasa Bintang Lima |
Kini,
warung batagor H.Isan yang berada di jalan Bojongloa No. 38 Bandung, masih
tetap diminati para pelanggan setianya, dengan display yang masih tetap sederhana dan harga yang relatif murah
dibandingkan batagor terkenal lainnya di kota Bandung.
Asli Made In Bandung |
Bisa Buat Oleh-Oleh |
"Batagor
(akronim dari bakso tahu goreng) adalah makanan yang berasal dari kota Bandung
dengan mengadaptasi gaya Tionghoa-Indonesia, dan kini sudah menyebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia"
-Wikipedia
Dari berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment