Friday, June 20, 2014

BURGERKILL , Sebuah Sejarah Dari Ujung Berung, Part 1 (1993 - 2013)


Cerita bermula saat awal tahun 1993, ketika Eben, pindah ke Bandung dari Jakarta, dan masuk ke SMAN 1 Ujung Berung, di sebuah kota Kecamatan paling timur di Bandung. Di sekolah inilah Eben bertemu Kimung, adik kelasnya, di ruangan BP (Bimbingan Penyuluhan), akibat segala macam ulah mereka di sekolah. Di sana mereka mulai akrab dan sering berbagi cerita tentang musik yg mereka suka.

Hingga tahun 1994, Eben & Kimung membentuk band Punk Hardcore bernama Morning Crew yang mengcover lagu-lagu dari Minor Threat, 7 Seconds, dan sejenisnya. Mereka sempat manggung di beberapa gigs di kota Bandung. Akhir tahun 1994, band ini pun bubar.

Eben kembali mengajak Kimung membuat band baru. Kimung pun mengajak Ivan (Infamy) dan Kudung (Forgotten) teman sekelasnya. Akhirnya pada bulan Mei 1995, terbentuklah band dengan nama "Burgerkill", sebuah nama yang tidak umum seperti nama band Hardcore ketika itu. Nama yang di cetuskan oleh Eben dan disepakati semua personil, yang juga diambil dari pelesetan sebuah restoran fastfood yang terkenal kala itu.

Sebagai band Hardcore yg tumbuh di komunitas Death Metal , awalnya Burgerkill memang kurang diterima di scene Ujungberung, seperti Jasad, Forgotten, Disinfected dan lain-lain. Ujungberung memang dikenal sebagai daerah komunitas deathmetal semenjak 1990-an, hampir semua komunitas pun mengakui itu.

Awal karir  1995-1996, Burgerkill  awalnya memang lebih banyak main di event-event Punk Hardcore di Jakarta, walau sering hanya dibayar seadanya. Dari situlah mereka membuka jaringan pertemanan dengan scene Jakarta. Hampir tiap minggu mereka main di sana, sampai ketika main di Bandung, mereka sempat disangka Band Jakarta. Awal 1996, Kudung mengundurkan diri, digantikan Toto (Analvomit). Saat itu, Burgerkill berisikan Eben (Gitar), Kimung (Bass), Ivan (Vokal) dan Toto (Drum).



Burgerkill, Jakarta 1996

Pertengahan 1996, formasi ini merekam Revolt!” di Palapa Studio Ujungberung, secara Live, berisi demo empat buah lagu ciptaan mereka. Inilah yang menjadi artefak pertama Burgerkill di ranah musik Metal Indonesia.

Dengan bermodalkan demo tersebut, Burgerkill memberanikan diri untuk ambil bagian dalam kompilasi-kompilasi underground baik lokal maupun internasional. Seperti kompilasi MasaIndahBangetSekaliPisanrilisan 40.1.2 (1997), kompilasi “Breathless” rilisan Manifest Records (akhir 1997), kompilasi Indepeden Rebel rilisan Aquarius Records dengan distribusi yang lebih luas (1998), Sampai tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records, dan merilis album Three Ways Split, bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis) tahun 1999.


Burgerkill Formasi Kimung, Toto, Eben dan Ivan

Burgerkill pun semakin disegani di event-event underground kota Bandung. Beberapa acara besar dan melegenda di GOR Saparua seperti Bandung Underground, Hulaballo, Bandung Berisik dan Gorong-Gorong, sempat mereka jajaki.
 

Burgerkill, Gor Saparua 1996
Awal 1998, Burgerkill sepakat untuk membuat album perdana bertitel "Dua Sisi", yang berisikan 10 lagu di studio 40.1.24 milik Richard Mutter (ex-Pas Band). Disebabkan keterbatasan dana, album ini pun terpaksa ditunda rilisnya. Dadan Ketu pemilik Riotic Records, akhirnya mau merilis album ini pada  bulan Juni 2000 dalam bentuk kaset sebanyak 2000 copy dan ludes dalam waktu cepat.
Awal tahun 2000, ditengah persiapan album perdana, Kimung keluar karena masalah drugs. Untuk mengisi kekosongan, direkrutlah Ugum (Disorder Lies) dan Andris (Forgotten). Dengan formasi ini, Burgerkill sempat merekam single “Everlasting Hopes Neverending Pain”, dan masuk album kompilasi Ticket To Ride (album yang mensupport pembangunan skatepark di Bandung) tahun 2000, serta sempat menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun yang sama. Awal tahun 2001, mereka juga berhasil di endorse perusahaan produk apparel Amerika, Puma dan INSIGHT pada Oktober 2002. 


Burgerkill, Formasi Tahun 2000

Tahun 2002, setelah mengumpulkan 9 lagu baru, mereka kembali ke studio untuk merekam materi album kedua mereka bertitel "Berkarat". Setelah proses rekaman selesai, secara mengejutkan mereka mendapat tawaran dari label Major Sony BMG untuk merilis album tersebut dan mengedarkannya secara nasional.

Karena tidak ada pengetahuan tentang Sign Kontrak, merekapun menggandeng Robin Malau (Exs-Puppen) sebagai manager band. Oktober 2003, dengan berbagai macam pertimbangan, merekapun sepakat untuk sign kontrak dengan Sony. Burgerkill tercatat sebagai band Hardcore pertama di Indonesia, yang sign dengan sebuah label major besar.


Burgerkill, Formasi Toto, Agung, Ivan, Andris dan Eben 2003

Januari 2004, album kedua Burgerkill yang bertitel "Berkarat" resmi menghajar pasar nasional yang dirilis oleh Sony BMG. Formasi Burgerkill saat itu adalah Eben (Gitar 1), Agung (Gitar 2), Andris (Bass), Ivan (Vokal) dan Toto (Drum).


Cover Album Burgerkill "Berkarat"
Burgerkill pun mulai sibuk dengan kegiatan promo pada bulan Februari 2004. Selama dua minggu di Jakarta, Banyak hal baru yang mereka lakukan, mulai dari photo session, interview koran, majalah dan TV. Bahkan mereka sempat main bersama Fadly (PADI) secara live di salah satu TV nasional. Mereka juga membuat dua buah video klip untuk lagu "Terlilit Asa" dan “Tiga Titik Hitam" yang diproduksi Cerahati.

"Terlilit asa" dan "Tiga Titik Hitam", semakin sering di putar di Radio-radio di tanah air. September 2004, secara mengejutkan album “Berkarat “ masuk juga dalam nominasi Ajang Musik Indonesia (AMI) Awards, dan berhasil terpilih sebagai pemenang untuk kategori Best Metal Production. Album "Berkarat" pun meledak secara nasional. Selama satu tahun, album tersebut berhasil terjual sebanyak 29.000 kopi di Indonesia dan 6.700 kopi di Malaysia. Bahkan di Bandung, album "Berkarat" menjadi Bestseller selama beberapa minggu di sebuah toko CD, mengalahkan rilisan-rilisan album Pop.

Dengan Booming nya album “Berkarat”, Sony Music juga membeli hak edar album Burgerkill sebelumnya dari Riotic Records. Bulan Februari 2005, album perdana "Dua Sisi Repacked" dirilis kembali oleh Sony Music.
Tahun 2005, setelah sebelumnya vakum karena kesibukan masing-masing personil, Burgerkill kembali mengerjakan materi lagu album ketiga bertitel “Beyond Coma and Despair”. Disisi lain, Toto memutuskan untuk keluar, dan posisi Drum diganti Andris atau Abah yang sebelumnya di posisi Bass.


Burgerkill Formasi Andris, Agung, Ivan dan Eben, 2005
  
Beberapa bulan kemudian, di bulan Agustus 2005, Burgerkill merayakan hari jadinya yang ke-10, dengan menggelar konser fenomenal "Burgerkill Hell Show, a Give Back 10 Years Anniversary" di Dago TeaHouse Bandung. Selang tak berapa lama, karena tidak adanya kesepahaman teknis produksi album, Burgerkill juga memutuskan untuk re-sign dari Sony Music pada bulan Oktober 2005.


"Burgerkill Hell Show, a Give Back 10 Years Anniversary", 2005

Awal 2006, walau tanpa Sony Music, Burgerkill tetap nekad untuk merekam album ketiga “Beyond Coma and Despair”, dengan mendirikan Revolt Records, setelah Eben menemukan Investor dan menjadi executive produser untuk album tersebut. Disisi lain, pada saat proses penggarapan album ini, kondisi Ivan (Vokal), sudah sangat memprihatinkan karena sakit yang dideritanya.

Tepat tiga minggu sebelum album “Beyond Coma and Despair” dirilis, sang vokalis Ivan Scumbag, akhirnya meninggal dunia pada tanggal 27 Juli 2006, akibat radang otak yang dideritanya sejak lama. Padahal sebelumnya, awal Juli 2006, Burgerkill sempat manggung di sebuah acara skatepark di Bandung. Mereka tak menyangka, bahwa konser itu adalah konser terakhirnya Ivan bersama Burgerkill, setelah 11 tahun bersama


Buku Dedikasi Ivan Scumbag Karya Kimung

But Show must go on, acara launching album “Beyond Coma and Despair” yang di gelar 20 Agustus 2006 di Dago Tea House pun, berlangsung dengan suasana penuh emosional. Yadi Behom (Motordead), didaulat untuk mengganti Ivan saat itu. 2000 tiket pun habis terjual.


Suasana launching album “Beyond Coma and Despair”, 2006
Album “Beyond Coma and Despair” merupakan album terakhir Ivan bersama Burgerkill. Album ini ternyata mampu menyita perhatian komunitas musik diseluruh Indonesia dan juga Media nasional. Album inipun pun di catat sejarah sebagai 20 AlbumTerbaik 2006 dan 150 Album Terbaik Indonesia Sepanjang Masa versi majalah Rollingstones tahun 2007.


Cover Album album “Beyond Coma and Despair”

Awal Januari 2007, atas bantuan teman-teman dari Tim Kolektif Radiasi Malang, Burgerkill menggelar Tour Promo di beberapa kota, dengan vokalis sementara, Teguh Right88. Sampai akhirnya mereka mengadakan audisi untuk mencari vokalis tetap berikutnya. Terpilihlah Vicky dari Heaven Fall. Bulan Mei 2007, Vicky resmi bergabung dan menjadi jenderal baru di atas panggung bersama Burgerkill. Pro dan kontra pun kembali bermunculan. Namun bagi mereka, Ivan adalah bagian penting dari sejarah Burgerkill, dan Vicky adalah bagian dari masa depan Burgerkill.

Ivan Scumbag



Vicky Burgerkill
Jadwal gigs pun semakin padat. Akhirnya dengan formasi terakhir Eben (Gitar 1), Agung (Gitar 2), Ramdan (Bass), Vicky (Vokal) dan Andris (Drum), Burgerkill sepakat untuk melanjutkan perjalanan karir band ini. Tahun 2008, mereka bekerjasama dengan Xenophobic Records, perusahaan rekaman asal Australia. Burgerkill juga mulai banyak melakukan tour di Indonesia hingga mancanegara, dan mulai mencicipi panggung-panggung event besar. 

Burgerkill formasi Terakhir : Eben, Andris, Agung, Vicky dan Ramdan

Salah satu yang berkesan ketika pada bulan Februari 2009, mereka mendapat kesempatan melakukan tour di Australia Barat dan berakhir di Soundwave Festival. Soundwave adalah festival Rock terbesar di Australia, dan Burgerkill bermain satu panggung dengan Lamb Of God, In Flames dan lain-lain. Kabar baik lainnya datang di bulan Januari 2010, ketika Burgerkill mendapat tawaran tampil di festival musik terbesar di Australia, Big Day Out Fest bersama Fear Factory dan Mastodon.

Bulan Maret 2010, mereka mulai fokus di studio untuk menggarap materi lagu album ke empat mereka bertitel “Venomous”, sebagai simbol bahwa band ini semakin berbahaya. Akhirnya setelah melewati proses panjang dan melelahkan, 10 lagu berhasil mereka rekam sebagai senjata baru di album ini. 


Venomous Artwork
Tahun 2013 merupakan puncak (sementara) karir mereka di ajang music “cadas” lokal maupun Internasional. Setelah pada bulan Februari 2013 lalu mereka meluncurkan sebuah Film dokumenter berjudul "Burgerkill Will We Bleed The Movie" yang menceritakan perjalanan sejarah mereka, Burgerkill juga berhasil menyelesaikanTour Spit The Venom di sejumlah kota di pulau Jawa pada pertengahan tahun 2013 lalu.

Di tingkat Internasional mereka juga berhasil mendapatkan penghargaan dari majalah musik ternama Metalhammer, bertajuk Metalhammer Golden Gods Awards 2013, di London Inggris, pada tanggal 17 Juni 2013, yang dihadiri oleh musisi metal dari seluruh dunia. Dua wakil dari Burgerkill, Vicky dan Eben, naik podium untuk membawa piala di kategori Metal As Fu*k menyisihkan musisi dunia lainnya seperti Sea Shepherd, Nergal, Jason Newsted, dan Pussy Riot. Semoga itu bukan karir mereka yang terakhir. PROUD!


Burgerkill, 2013

 

We are from slum
"Breed in Blasphemy
We will bleed..
We will bleed for you !
We will bleed for sure
for what We believe
We will set the fight
You can see this pieces of Lust
There's no place to hide
This is reality..."
 
-Burgerkill



Sumber :


http://www.burgerkillofficial.com/
http://jurnalkarat.wordpress.com/
http://kimun666.wordpress.com/

http://twitter.com/burgerkill666
http://sejarahdalamkamera.blogspot.com/
My Self: Scumbag, Beyond Life and Death, Kimung, Minor Book. 2007
Other Resource

1 comment: