Tuesday, June 10, 2014

Tangkuban Parahu, Dari Legenda Sangkuriang, Wisata Alam, Sampai Bencana Alam


Dikisahkan seorang pemuda bernama Sangkuriang jatuh cinta kepada ibunya yang bernama Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu. 

Tangkuban Parahu

Kisah diatas merupakan cerita rakyat masyarakat Jawa Barat yang sangat melegenda, Sangkuriang. Lewat cerita itu pula Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu (Secara harfiah, Tangkuban Parahu berarti “Perahu Terbalik”) terkena imbasnya menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal di Kota Bandung.

Tidak ada yang salah memang dari kisah Sangkuriang tersebut, karena gunung ini bentuknya memang unik. Jika dilihat dari kota Bandung, maka gunung ini akan terlihat seperti perahu yang terbalik. 

Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung berapi yang masih aktif yang terletak di Jalan Raya Tangkuban Parahu No.282 Cikole, Lembang, Bandung Barat. Sekitar 30 kilometer ke arah utara Bandar Udara Hussein Sastranegara atau sekitar 25 kilometer dari pusat kota Bandung.
 
Gerbang Menuju Tangkuban Parahu

Menurut sejarah geologinya, Gunung Tangkuban Parahu terbentuk dari aktifitas letusan berulang Gunung Api Sunda di jaman prasejarah. Catatan letusan dalam 2 abad terakhir adalah tahun 1829, 1846, 1862, 1887, 1896, 1910, dan 1929. Tangkuban Perahu termasuk gunung berapi tipe A. Artinya, gunung ini pernah meletus dalam 400 tahun terakhir, sehingga memerlukan pengawasan yang terus menerus.

Letusan Tangkuban Parahu Tahun 1910

Gunung berbentuk unik ini telah menarik banyak pengunjung baik wisatawan local maupun mancanegara, selama puluhan tahun yang datang untuk melihat lebih dekat dari panorama alam sekitar, kawah, lembah sekelilingnya sampai rasa kepenasaranan serta lebih akrab dari cerita Sangkuriang yang melegenda itu. 
  
Tangkuban Parahu berada di ketinggian 2048 M diatas permukaan laut, jika pengunjung tiba di puncak Tangkuban Perahu pagi dini hari, suhu udara akan terasa cukup dingin, berkisar 2-7°C. Suhu udara akan naik menjadi sekitar 17°-23°C di siang hari. Tangkuban Perahu juga biasanya berkabut saat cuaca mendung di pagi hari.

Gunung yang terdapat di antara hamparan kebun teh yang sangat indah ini, dikelola oleh Perum Perhutanan. Di objek wisata ini, memiliki tiga kawah yang terkenal, walaupun total semuanya ada 9 kawah. Kawah yang terbesar disebut Kawah Ratu dan terletak pada ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut. Kawah ini dicatat meletus pada tahun 1826, 1952 dan 1969. Di kawah Ratu pengunjung dapat melakukan pendakian ke stasiun Geologi, yaitu stasiun pengawasan gunung berapi di bagian atas punggung gunung.

Kawah Ratu

Kawah yang kedua adalah Kawah Upas, yang berada pada ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut, meletus pada tahun 1536. Kawah ketiga adalah Kawah Domas, yang berada pada ketinggian 1.650 meter di atas permukaan laut dan meletus pada tahun 1971. Berjalan menurun ke kawah Domas yang cukup melelahkan, pasti akan memberikan pengalaman yang cukup mengesankan bagi setiap pengunjung. Selain tiga kawah utama terkenal, terdapat pula Gua Cikahuripan, gua keramat pada jaman penjajahan Belanda yang bardiri pada bulan Agustus 1937, dan di pergunakan untuk tempat persembunyian dan penyimpanan senjata – senjata pada jaman Belanda.

Selain itu, masih ada beberapa kawah seperti Kawah Dedemit. Dinamakan seperti itu, karena seringkali ada pengunjung yang tiba-tiba pingsan dan bahkan mati ketika berkunjung ke Kawah Dedemit ini. Karena tidak kelihatan apa dan siapa penyebabnya, maka dikaitkanlah dengan keberadaan dedemit di kawah itu yang tak mau diganggu.
Panorama Kawah Yang Sangat Indah

Salah satu keunikan lain Gunung Tangkuban Perahu adalah adanya fasilitas kendaraan umum yang bisa sampai ke puncak. Tak banyak gunung berapi memiliki keunikan seperti itu. Di sekitaran area ini juga banyak terdapat warung dan kios yang menjajakan aneka makanan dan minuman khas parahyangan, terutama Lembang, seperti ketan bakar, sate kelinci, susu, buah strowberi, dan lain-lain. Juga banyak pedagang kaki lima yang menjajakan oleh-oleh atau cinderamata seperti boneka, tas, kerajinan dari batu, alat musik angklung, serta batu dan serbuk belerang yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit kulit.

Deretan Kios
Suasana Pengunjung Tangkuban Parahu
Suasana Di Puncak Tangkuban Parahu

Pada Bulan Oktober 2014, Gunung ini sempat ditutup dari kawasan wisata, walaupun statusnya masih tahap waspada. Dari tahun 1999 sampai 2013 ada beberapa kali peningkatan aktivitas, tapi tidak sampai meletus, Masyarakat sekitar nya pun berharap Tangkuban Parahu segera kembali normal, karena banyak warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari gunung ini. 


“Kemarin dan esok adalah hari ini, bencana dan keberuntungan sama saja Langit di luar, Langit di badan, Bersatu dalam jiwa” 
 -W.S. Rendra

-Dari Berbagai Sumber

No comments:

Post a Comment